UI/UX Case Study — Jago Last Wish
Studi kasus ini bertujuan sebagai Project Akhir pada Program Magang Kampus Merdeka di Skilvul dan kerja sama dengan Challenge Partner yaitu Bank Jago. Studi kasus ini juga untuk membagikan proses saya dalam mendesain sebuah produk digital. Mulai dari proses research hingga testing.
Latar Belakang
Saat ini Bank Jago ingin membuat dan memperkenalkan sebuah fitur yang berkaitan dengan asuransi jiwa. Jika dilihat produk asuransi jiwa yang ada sekarang ini, biasanya produk tersebut dijual sebagai bentuk tindak pencegahan dari bencana atau hal buruk yang akan terjadi di masa depan. Salah satu kemungkinan mengapa orang tidak melakukannya adalah karena mau lebih optimis dan tidak terlalu berpikiran negatif (karena masa depan menjadi menakutkan).
Bank Jago membutuhkan sebuah solusi atau layanan berupa prototipe desain untuk aplikasi mobile dalam rangka membantu pelanggan untuk membuat perencanaan yang mengantisipasi kejadian yang tak terduga di masa depan yang bisa mempengaruhi penghidupan atau kesejahteraan keluarga mereka. Tidak menutup kemungkinan juga pelanggan menggunakan fitur ini untuk tujuan sosial, berkontribusi di lingkungan dan komunitas sekitar mereka bahkan setelah meninggal.
Objektif
Bank Jago ingin sebuah solusi desain prototype berupa layanan bernama Jago Last Wish yang memiliki beberapa kelengkapan fitur:
- Langkah pembuatan wasiat yang mudah, mengingat pengguna bisa memasukan beragam jenis permintaan.
- Cara mudah untuk menghitung pembayaran bulanan yang diperlukan atas bentuk wasiat yang diinginkan.
- Pengelolaan terhadap komitmen yang dibuat dan edit surat wasiat.
- Gamifikasi atau cara kreatif terkait gaya hidup sehat dan tingkat kebugaran yang bisa menurunkan biaya komitmen bulanan pembayaran.
Target Pengguna
Umur : 25–35 tahun
Geografis : Daerah perkotaan
Profesi : Karyawan/Pegawai
Level ekonomi : Menengah ke atas
Peran Dalam Tim
Sebagai UI/UX Designer yang berkolaborasi dengan 2 anggota tim, Amelia Qatrunnada dan Arif Rahman Hakim. Dalam tim ini tanggung jawab saya adalah :
- Berkolaborasi dalam proses Empathize (Competitive Marketing).
- Berkolaborasi dalam proses Define (Pain Points dan How Might We).
- Berkolaborasi dalam proses Ideate (Solution Idea, Affnity Diagram, Prioritazion Idea, dan Crazy 8's).
- Berkolaborasi dalam proses User Flow, Wireframe, dan UI Style Guide.
- Berkolaborasi dalam proses UI Design dan Prototyping.
- Berkolaborasi dalam proses Usability Testing (Stimulus Research dan Single Ease Question).
Design Process
Pada pengerjaan Challenge ini, kami menggunakan metode Design Thinking sebagai pendekatan yang digunakan untuk pemecahan masalah dengan fokus utama pada user. Kenapa kami menggunakan Design Thinking? karena dapat memecahkan masalah yang sangat rumit atau tidak diketahui, dengan cara menata kembali masalahnya dalam sudut pandang user, dan menciptakan banyak ide-ide dalam sesi brainstorming, dan mengadopsi pendekatan langsung dalam pembuatan desain awal dan melakukan uji coba.
1 — Empathize
Langkah pertama yang kami lakukan yaitu tahap empathize untuk memahami dan mengenali pengguna melalui metode Competitve Analysis sebagai bahan untuk mendapat insight.
Kenapa kami menggunakan Competitive Analysis? karena kami dapat membandingkan solusi yang dibuat dengan kompetitor. Manfaat dari metode ini, kami dapat mengetahui solusi berdasarkan studi komparatif dengan produk lain. Dengan begitu, kami dapat menentukan strategi yang tepat untuk solusi yang kami buat.
Disini kami membandingkan dengan 4 aplikasi yang sudah ada di pasaran dengan menawarkan produk berupa asuransi yaitu Buddies, Qoala, Insure, dan PRUforce.
2 — Define
Setelah mendapatkan insight dari proses Competitive Analysis dilanjutkan ke tahap Define yaitu mengumpulkan masalah untuk dianalisis. Pada tahap ini kami berkolaborasi untuk menentukan pain points dan how might we.
Pada pain points kami berempati sebagai user untuk menentukan kesulitan apa yang dirasakan saat menggunakan aplikasi diatas yang menawarkan produk asuransi.
Selanjutnya pada how might we kami menuliskan ide-ide mengenai solusi dan ide apapun, yang akan dijadikan sebagai goal untuk proses desain selanjutnya.
3 — Ideate
Pada tahap ini kami menentukan ide dan solusi untuk memecahkan masalah yang diperlukan. Kami berkolaborasi untuk menentukan how might we yang akan dilanjutkan ke proses solution idea, affinity diagram, prioritazion idea, dan crazy 8's.
Pada solution idea kami memvoting main objective membuat platform yang user-friendly, untuk bisa membeli asuransi jiwa secara mudah dan menyenangkan. Setelah itu kami menuliskan ide apa yang harus dilakukan agar sesuai dengan main objective.
Pada affinity diagram kami membagi ide-ide ke dalam kelompok-kelompok yang sesuai dengan hubungan antar ide.
Pada prioritazion idea kami membagi ide berdasarkan kelayakan dan dampaknya yang dibagi menjadi 4.
Selanjutnya, yaitu crazy 8’s kami membuat sketsa wireframe menggunakan kertas dan alat tulis untuk membuat 8 screen selama 8 menit.
4 — Prototype
Setelah ide-ide dikumpulkan pada tahap ideate, dilanjutkan pada proses prototyping. Pada tahap prototype ini kami menyusun UI menjadi sebuah flow
proses yang sesuai dengan ide solusi dari tahap ideate dimulai dari menyusun task flow, wireframe, mendesain UI dan membuat prototyping.
Sebelum mendesain UI kami berkolaborasi untuk menentukan flow membuat last wish, pembayaran premi, pencairan asuransi, dan edit last wish.
Setelah membuat flow, dilanjutkan membuat wireframe. Wireframe dibuat sebagai kerangka yang berfungsi untuk membuat tata letak struktur halaman yang baik, layout, arsitektur informasi, fungsionalitas, dan perilaku yang diinginkan dari pengguna sebelum masuk ke proses desain UI.
Sebelum mendesain UI, kami diharuskan membuat design system yang akan digunakan pada desain UI. Design system digunakan untuk mempermudah dan mempercepat desainer untuk membuat desain. Selain itu agar desain yang dibuat lebih konsisten dan dapat dipakai berkelanjutan.
Setelah itu saatnya proses mendesain high-fidelity dari Jago Last Wish dengan panduan dari wireframe dan design system.
Berikut merupakan Prototype yang kami buat, Prototype ini yang akan digunakan untuk dilakukan Usability Testing kepada real user.
5 — Testing
Sebelum desain di validasi dan di develope, harus dilakukan usability testing terlebih dahulu untuk mengetahui apakah user dapat mudah menggunakan produk, seberapa efisien dan efektif desain yang dibuat dapat membantu user mencapai tujuannya dan apakah user puas dengan produk yang digunakan.
Dalam kasus ini kami memilih menggunakan metode In-depth Interview dengan Single Ease Question sebagai metrik pengukuran usability, SEQ (Single Ease Question) merupakan metode pengujian yang digunakan untuk mengukur kemudahan yang dirasakan user setelah menyelesaikan task yang diberikan. pengukuran SEQ menggunakan skala likert 1 hingga 7.
Responden
Untuk responden kami menentukan kriteria sebagai berikut :
- Berusia 25–35 tahun
- Bekerja sebagai karyawan/pegawai
- Sudah memiliki asuransi
- Berpendidikan dan ramah teknologi
- Biasa searching menggunakan Google
- Biasa menggunakan aplikasi untuk kebutuhan sehari-hari (beli makanan, transportasi, belanja dan lainnya)
Setelah melakukan pencarian Responden yang sesuai dengan kriteria, kami mendapatkan responden sebagai berikut.
Nama : Prisa Dwinanda
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : Pegawai di Bank CIMB Niaga
Domisili : Jakarta Selatan
Hasil Usability Testing
Berikut hasil Usability Testing yang dilakukan oleh Responden dengan mencoba Task 1–7 melalui Prototype yang telah dibuat.
Dari hasil pengujian ini user memberikan nilai 6 dari keseluruhan task yang telah dikerjakan. Dari skor berarti Prototype yang telah diuji “Mudah” untuk user gunakan. Terdapat juga beberapa feedback yang diberikan user untuk meningkatkan Usability dari Jago Last Wish untuk kedepannya.
Kesimpulan
Setelah prototipe desain untuk Jago Last Wish dibuat. Fokus utama kasus ini adalah Membuat platform yang user-friendly, untuk bisa membeli asuransi jiwa secara mudah dan menyenangkan saat digunakan dan memberikan UI yang menarik. Solusi desain ini terbukti berhasil berdasarkan hasil dari tahap pengujian, walaupun terdapat feedback untuk diperbaiki.
Rekomendasi Selanjutnya
Seperti yang dinyatakan di tahap testing, user memiliki feedback tentang user mengharapkan adanya wali jika ahli waris masih anak-anak yang dapat membantu proses klaim, challenge kebugaran dapat ditambah beragam kegiatan, dan surat wasiat dapat didownload. Feedback ini dapat ditingkatkan pada proses desain berikutnya.
Penutup
Demikian proses studi kasus Jago Last Wish yang baru saya selesaikan, saya menyadari masih banyak kekurangan dalam studi kasus yang saya lakukan.
Terima kasih sudah berkunjung dan membaca tulisan ini sampai selesai, dan mohon tinggalkan feedback dan saran agar bisa berkembang lebih baik lagi. Semoga bermanfaat. 😊